Orang Ketiga

----

UUD Brasil memang membatasi masa jabatan presiden dua periode berurut.

Dua periode pertama sudah ia lewati. Sekarang ini adalah periode pertama di masa jabatan baru. Berarti tahun 2026 Lula masih bisa maju lagi sebagai Capres.

Kini Lula menerima ujian berat: dikenakan tarif 50 persen dari Presiden Trump. Berat sekali. Amerika adalah tujuan ekspor utama Brasil. Ia minta segera ada pertemuan tingkat tinggi BRICS. Salah satu agendanya:  membawa kebijakan Trump ke badan perdagangan dunia WTO.

Lula kelihatan lebih hati-hati dibanding Narendra Modi dari India. Lula masih belum mau membalas tarif Trump itu dengan tit-for-tat.

Dalam logika Lula, yang akan terkena tarif Trump itu adalah perusahaan Brasil. Ia pun menerima masukan bisa saja  Brasil membalas dengan mengenakan pajak tinggi pada perusahaan Amerika di Brasil. Tapi Lula belum mau bicara itu.

Lula juga belum mau bertemu Trump. Pun meneleponnya. Ia tidak mau jadi korban ketiga: dihinakan oleh Trump seperti Presiden Ukraina dan Presiden Afrika Selatan. Ia hanya mau bertemu seorang presiden yang saling menghormati.

Meski Brasil negara terbesar di Amerika Selatan tapi Amerika menganggap Brasil negara kecil. Yang di mata Trump bisa dihinakan. "Saya tidak mau bicara dengan Trump kalau itu hanya akan menghinakan diri saya sendiri," katanya.

Lula mengatakan siap bicara dengan Trump. Kapan saja. "Tapi, feeling saya, Trump  belum siap diajak bicara," tambahnya.

Anda sudah tahu: India juga dihukum tarif 50 persen karena masih beli minyak dari Rusia. Brasil dihukum tarif 50 persen karena mantan presidennya, Bolsonaro, ditangkap. Ditahan di rumahnya sendiri. Dianggap melakukan percobaan kudeta. Bolsonaro kini harus mengenakan gelang elektronik agar tidak melarikan diri. Ia juga dilarang keluar rumah tiap Sabtu dan Minggu.

Lula ingat bagaimana Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dihinakan Trump di Gedung Putih. Waktu itu Trump menuduh Afsel melakukan genosida terhadap warga kulit putih. Afsel pun dikenakan tarif 30+10 persen. Sangat tinggi.

Cyril mencoba menjelaskan bahwa genosida itu hanya mitos. Yang banyak jadi korban rasial justru  warga kulit hitam. Trump seperti mengabaikan penjelasan Cyril itu.

Trump memang terus memotong pembicaraan Cyril. Bahkan Trump menunjukkan video bagaimana petani kulit putih dikubur hidup-hidup bersama salib putihnya.

Dalam pertemuan itu Cyril seperti mati kutu. Trump sangat mendominasi pembicaraan. Sangat memojokkan Cyril. Dalam pertemuan itu Trump minta diputarkan video. Isinya: orang-orang kulit putih jadi korban kebiadaban rasial.

Cyril seperti ingin menjelaskan sesuatu. Tapi Trump terus melihat video itu dengan sangat serius. Pun para tamu lainnya. Termasuk media. Trump mempermalukan Cyril lewat video dan copy-copy cetakan.

Cyril bukan seperti Zelenskyy dari Ukraina. Zelenskyy berani memotong pembicaraan Trump. Berani membantah. Cyril terlalu sopan di depan Trump --dengan wajah yang juga selalu tersenyum ramah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan