Lasik Smile

Catatan dahlan Iskan--
Lasik dan SMILE adalah mirip. Yakni operasi untuk mengobati minus (rabun jauh), plus (rabun dekat) dan silinder. Beda teknik saja. SMILE adalah singkatan dari Small Incision Lenticule Extraction.
Baik SMILE maupun lasik sama-sama tidak terasa sakit. Obat biusnya hanya berupa tetes mata. Anda sepenuhnya sadar --dan memang harus sadar. Orang tidur tidak bisa menjalani lasik pun SMILE.
Penyebab minus antara lain terbentuknya lenticule di lapisan ketiga kornea mata. Lenticule itulah yang dilaser. Bentuk kornea pun sedikit berubah sehingga cahaya bisa lebih fokus ke retina. Kaca mata pun tidak perlu dipakai lagi.
Melakukan lasik maupun SMILE ternyata hanya hitungan menit. Antara 10 sampai 15 menit. Itu pun waktu terbanyak untuk persiapan. Pekerjaan lasernya sendiri hanya 30 detik. Dua mata: 60 detik. Tergantung keahlian dan ketrampilan dokternya.
"Hampir tidak terjadi kegagalan. Sekarang sudah sangat maju," ujar Dini.
Tentu pemeriksaan sebelumnya harus baik. Itu untuk menentukan pasien mana yang cukup dilaser saja beres. Sepuluh menit selesai.
Mana pula yang perlu perhatian khusus. Tambah waktu lima menit selesai. Lalu mana yang tidak boleh dilakukan lasik maupun SMILE.
Yang sekali laser beres jumlahnya yang terbanyak. Bisa mencapai 70 persen. Yang perlu perhatian khusus sekitar 15 persen. Sedikit sekali yang tidak memenuhi syarat dilakukan keduanya.
Itulah sebabnya di India dan Tiongkok seorang dokter ahli mata bisa melakukan ratusan kali operasi sehari.
Di sana pula dokter mata lebih punya peluang untuk ahli dalam melakukan cangkok kornea bagi orang yang terancam buta: banyak pendonor mata di sana. Sedang di Indonesia begitu sulit mendapatkan donor mata --karena keyakinan agama.
Di klinik itu saya tertarik dengan satu sudut ruangannya: museum kacamata. Banyak sekali kacamata dipajang di situ.
Saya perhatikan baik-baik: tidak ada kacamata dari zaman purba. Pengertian ”museum” di situ ternyata hanya sama dengan ”masa lalu”.
Rupanya itulah masa lalu bagi para lasikis dan SMILES. Mereka pulang dari operasi dengan meninggalkan masa lalu mereka di situ.
Maka banyak kacamata di museum itu yang diberi nama pemiliknya. Ada juga yang kacanya ditulisi kenangan romantis: "30 Tahun bersamanya". (Dahlan Iskan)