Toleransi Beragama, Jaga Tali Persaudaraan di Desa Karang Manik OKU Timur

TRADISI TAHUNAN -- Warga Desa Karang Manik dari berbagai agama mengikuti doa bersama di perempatan dusun, menyambut 1 Muharram 1447 H, Kamis (26/6/2025) malam. --
MARTAPURA,KORANOKUTIMURPOS.ID - Langit malam di Desa Karang Manik, Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur terasa syahdu pada malam 1 Muharram 1447 Hijriah.
Di setiap perempatan dusun, warga berkumpul dengan membawa nasi takir hidangan khas berupa nasi dan lauk pauk yang disajikan dalam lipatan daun pisang.
Di tengah hening dan penerangan seadanya, mereka larut dalam doa bersama. Namun ada yang berbeda, bukan hanya umat Muslim yang hadir malam itu.
Dari umat Kristen, Hindu, hingga Buddha seluruh masyarakat lintas agama di desa itu turut serta.
Mereka duduk bersisian, menyatu dalam doa, mengamini harapan bersama agar tahun baru membawa keberkahan dan jauh dari segala mara bahaya.
BACA JUGA:Lapas Martapura Gandeng Diskannak OKU Timur, Gelar Pelatihan Kemandirian Warga Binaan
BACA JUGA:Meriahkan Tahun Baru Islam, Gebyar Muharram 1447 H di Martapura Mulai Jalan Santai hingga Sholawat
“Ini bukan sekadar tradisi keagamaan, ini adalah cara kami menjaga tali persaudaraan. Kami percaya bahwa doa adalah bahasa universal, dan setiap agama mengajarkan kebaikan," kata Kepala Desa Karang Manik, Widiono, Sabtu (28/06/2025).
Lebih lanjut Widiono menjelaskan, kegiatan doa bersama setiap malam Tahun Baru Islam atau malam 1 Suro memang telah menjadi tradisi tahunan.
Namun yang menjadikannya istimewa adalah partisipasi seluruh masyarakat tanpa memandang agama.
“Jumlah umat Muslim di desa kami memang mayoritas, sekitar 71,2 persen. Namun kami juga memiliki umat Hindu sebanyak 21,5 persen, Kristen 5,4 persen, dan Buddha 1,9 persen. Semua ikut. Tidak ada yang merasa ditinggalkan. Inilah Karang Manik desa kecil yang besar dalam toleransi," ujarnya.
Desa Karang Manik sendiri terdiri dari 4 dusun dengan jumlah penduduk 2.013 jiwa dan 533 kepala keluarga. Terletak sejauh 8 kilometer dari pusat Kecamatan Belitang II dan sekitar 81 kilometer dari ibu kota Kabupaten OKU Timur, desa ini tumbuh dalam kesederhanaan. Namun dalam hal kerukunan, desa ini patut jadi contoh.
BACA JUGA:Ratusan Petani Sarasehan Bersama Dankolat Laksamana Pertama Elka Setyawan Bahas Pertanian Organik
BACA JUGA:Ratusan Petani Sarasehan Bersama Dankolat Laksamana Pertama Elka Setyawan Bahas Pertanian Organik