Rambut Identik

Catatan dahlan Iskan--
Menjelang subuh rumah Amrozi didatangi tim Densus 88. Pintu rumah papannya diketok dari depan. Setelah tahu banyak polisi di depan pintu ia berusaha lari ke belakang. Ingin lari lewat pintu belakang. Tapi pintu itu sudah ditutup dan dijaga Marthinus. Amrozi ditangkap.
Khusnul Khotimah sampai ke Nusakambangan untuk menemui Amrozi di penjara di sana. Khusnul sudah bertemu langsung banyak tokoh teroris yang membuat tubuhnya penuh bekas luka bakar.
Umar Patek termasuk yang tidak setuju dilancarkannya Bom Bali. Korbannya akan banyak orang Indonesia sendiri –juga orang Islam sendiri. Tapi ia terjebak ikut meracik bom itu meski tidak ikut melaksanakannya.
Salah satu anak Khusnul, sekitar 30 tahun, juga jualan kopi di Sidoarjo. Tapi di warung kopi kelas kampung –beda jauh dengan gemerlap Hedon Estate yang didalamnya ada Kopi Ramu milik Umar.
Umar masih tetap memelihara jenggot dan jambang. Tapi tidak lebat. Rambutnya dipotong agak pendek. Keriting. Dicat merah samar.
"Sejak kapan rambut dicat?" tanya saya.
"Sejak rambut saya memutih. Mungkin sudah lima tahun ini," jawabnya.
Umar Kecil, mestinya kini juga punya panggilan Umar si Rambut Merah.
Di Afghanistan, di Pakistan dan di kawasan itu sangat biasa rambut dicat merah. Juga jenggot mereka. Dengan rambut merah tampilan Umar Patek tidak lagi identik dengan saat masih jadi buron teroris internasional dengan harga kepala Rp 10 miliar bagi yang menemukannya.
Saya menemukan Umar Patek di Hedon Estate milik drg David --tanpa bisa minta tebusan Rp 10 miliar itu.(Dahlan Iskan)