Kemenperin Akselerasi Bangun Ekosistem Industri Bambu Terintegrasi

Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk mendukung pembangunan industri berbasis bambu secara terintegrasi, dari hulu hingga hilir.--
“Untuk memperkuat ekosistem ini, Kemenperin juga mendukung pembentukan Pusat Logistik Industri Bambu yang berlokasi di wilayah sumber bahan baku. Pusat logistik ini akan menjadi simpul distribusi bahan baku dan produk setengah jadi yang siap digunakan industri hilir,” ujar Putu.
Melalui pendekatan ekosistem hulu-hilir yang solid, serta didukung pelatihan dan logistik terintegrasi, industri bambu Indonesia akan mampu tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru yang ramah lingkungan dan berdaya saing global.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah kebijakan dan program strategis bagi upaya pengembangan industri kecil dan menengah (IKM), termasuk IKM sektor bambu. Di antaranya program e-Smart IKM yang mendorong pengrajin masuk ke pasar daring agar bisa menjangkau konsumen lebih luas, serta program pendampingan, pendidikan dan pelatihan terhadap IKM bambu.
Selanjutnya, memfasilitasi keikutsertaan pelaku IKM dalam berbagai pameran nasional dan internasional, seperti Inacraft dan Ambiente, untuk memperkenalkan produk furnitur, kerajinan dan home decor di pasar dunia. Upaya lainnya, koneksi antar pelaku usaha melalui workshop kemitraan dan temu bisnis. “Ini bertujuan untuk mempertemukan perajin dengan pelaku industri besar, dinas terkait, hingga pasar potensial lainnya,” ucap Dirjen IKMA.
Berikutnya, layanan sertifikasi untuk desain, kemasan, merek dagang, hak cipta, hingga paten dan desain industri. Bertujuan agar karya perajin tidak hanya diakui secara estetika, tetapi juga diakui secara hukum, sehingga pelaku usaha industri lebih percaya diri bersaing di pasar domestik dan pasar ekspor.
“Kami juga memiliki program restrukturisasi mesin dan peralatan, yaitu bantuan fasilitasi teknologi mesin/peralatan guna meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil produksi. Selain itu, bimbingan teknis yang mencakup pelatihan keterampilan dan pengembangan desain produk dan kemasan, pendampingan untuk siap ekspor, serta pelatihan diversifikasi produk,” papar Reni.
Ada pula program Creative Center sebagai pusat layanan produksi dan inovasi di Sentra IKM. Salah satunya Balai Pemberdayaan Industri Kriya dan Fesyen (BCIC) berlokasi di Bali, yang saat ini menjadi pusat aktivitas pelatihan dan pengembangan produk kreatif, termasuk untuk sektor bambu.
Menperin juga memberikan apresiasi terhadap model pembinaan di Kabuyutan Bambu Muara Beres, yang menggabungkan pendidikan karakter, pelatihan teknis, dan pendekatan spiritual. Ini jadi contoh nyata pendidikan vokasi yang kontekstual dan memberdayakan.
“Saya yakin, para santri perajin bambu di sini tidak hanya belajar mengolah bambu, tapi juga menanamkan nilai-nilai kejujuran, ketekunan, dan cinta tanah air dalam setiap karya mereka,” tegasnya.
Di bawah binaan Jatnika Nanggamiharja, Kemenperin percaya produk bambu di tangan para santri akan menjadi simbol dari kekuatan, kelenturan, dan keberlanjutan.
“Kemajuan industri bambu Indonesia membutuhkan sentuhan tangan para pengrajin dan industriawan yang berdedikasi tinggi dan terampil, yang mampu merubah bambu menjadi produk bernilai tambah tinggi, seperti furnitur, kerajinan tangan, hingga struktur bangunan ramah lingkungan yang diminati pasar global,” tutur Agus.
Menurutnya, bambu Indonesia harus naik kelas, bukan hanya sebagai kerajinan tangan, tetapi sebagai produk gaya hidup berkelanjutan yang mendunia.
“Untuk itu saya berharap Kabuyutan Bambu Muara Beres, ke depan dapat semakin bersinergi dengan pemerintah khususnya melalui Kemenperin dalam meningkatkan efektivitas berbagai program pengembangan industri bambu,” ujarnya.
Selain itu, Menperin mendorong Kabuyutan Bambu Muara Beres dapat terus menjadi Pusat Unggulan Industri Bambu Nasional (Center of Excellence), dengan memperkuat jejaring kerja sama, memperluas pelatihan bagi masyarakat, dan terus berinovasi dalam menciptakan produk bambu yang memiliki daya saing global.
“Kepada para santri perajin yang saya banggakan, saya berpesan jadilah pelopor perubahan, jadilah perajin masa depan yang tidak hanya mampu menghasilkan produk, tapi juga mewujudkan misi pemberdayaan masyarakat, memperkuat ekonomi bangsa, serta pelestarian budaya dan lingkungan hidup,” ungkap Agus.