Memihak Rubil

Catatan dahlan Iskan--

Saya tinggalkan tempat duduk. Saya ajak Maya pergi ke museum balap mobil. Lokasinya di dalam stadion juga.

Sambil berjalan ke museum saya tetap bisa nonton. Saya amati perkembangan Sato di layar. Banyak layar besar di sepanjang jalan. Sato tetap tidak terbilang lagi di layar.

Menonton balap mobil –seperti Indy 500– yang menarik adalah pembukaan dan penutupannya. Balapannya sendiri sulit dinikmati. Saat melintas di depan tribun saya, misalnya, kecepatan mobilnya 385 km/jam. Jauh lebih cepat dari kereta Whoosh. Juga lebih cepat Dari mobil Formula 1.

Di Formula 1 kita masih bisa menandai mana mobil yang kita dukung. Terlihat dari warna mobil. Atau warna helm pembalapnya.

Di Indy 500 saya hanya bisa melihat bayangan kabur sebuah mobil yang melesat cepat. Warna mobil sudah tidak begitu jelas. Apalagi warna helm pembalapnya.

Maka yang kami tonton adalah suara deru mobilnya. Untuk posisi pembalap harus lihat layar lebar. Sama-sama menonton di layar kenapa tidak menonton di rumah saja.

Tidak begitu. Dengan hadir di speedway yang dilihat tidak hanya mobil balap. Bahkan lebih dari sekadar melihat. Ada unsur menikmati. Ada penghayatan total yang tidak akan ditemukan di depan TV. Apalagi kalau di rumah harus berebut remote control dengan istri.

Begitu banyak yang bisa ditonton selain balapannya. Ini seperti pesta rakyat. Begitu banyak yang sepanjang perlombaan hanya berbaring di rumput. Menggelar kain. Membuka kursi lipat.

Makanan apa saja ada di sebelah mereka. Juga aneka minuman. Anak-anak mereka sibuk lomba permainan anak antara mereka sendiri.

Tontonan lain adalah pameran mobil. Resto aneka makanan. Banyak juga pameran pakaian: di toko maupun di tubuh-tubuh mereka. Yang di toko kalah menarik dengan yang mereka kenakan. Ada yang pakai baju motif bendera Amerika. Ada yang hampir tidak pakai baju sama sekali.

Di resto banyak ayam goreng paha dan dada. Di seputar arena banyak paha dan dada beneran. Padahal udara agak dingin. Semua itu bisa membuat mata menjadi hangat.

Semula saya tidak tahu dari mana datangnya angka 500 di belakang Indy 500 itu. Ternyata balapan mobil ini menempuh jarak 500 mil. Berarti 800 km. Melebihi Surabaya-Jakarta lewat tol. Bayangankan jarak sejauh itu bisa diselesaikan 2,5 jam.

Tahun ini, Anda sudah tahu: juaranya Alex Palou. Orang Barcelona. Umur 28 tahun. Punya anak satu: umur 16 bulan.

Setelah upacara penyerahan piala, Palou menggendong anaknya ke tempat ritual legendaris: mencium garis finis. Bersujud di situ. Ia juga minta anak mungilnya ikut mencium garis finis itu.

Berbeda dengan di Formula 1, di Indy 500 hanya juara yang naik podium. Tidak ada juara dua dan tiga. Cara merayakannya pun berbeda. Di Formula 1 para juara meminum champagne dan menyemprotkan sisanya. Di Indy 500 sang juara meminum susu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan