Kecantikan Ultah

Foto : FB - Dahlan Iskan--

Hari itu bendera tersebut akan diturunkan paksa. Yang menurunkan adalah aktivis negara-negara bagian di selatan yang ingin merdeka dari Amerika Serikat. Upaya itu berhasil digagalkan. Perang sipil terus berlangsung. Mereka mendirikan negara sendiri: Konfederasi Amerika. Utara dan selatan bertempur selama empat tahun. Selatan kalah.

 

Selama perang itulah The Stars and Stripes menjadi simbol patriotisme. Kalau awalnya hanya dikibarkan di instansi militer, sejak itu rakyat sipil pun mengibarkan The Stars and Stripes. Di rumah masing-masing. Apalagi setelah bisa dicetak masal di Tiongkok dengan sangat murahnya.

 

Sebelum itu mengibarkan bendera Amerika memerlukan ''perjuangan'' tersendiri. Kombinasi warna, bintang dan garis-garis itu harus dijahit satu per satu. Betapa rumitnya. Ibu Fatmawati pasti tidak bisa menjahit bendera Amerika dalam satu malam seperti saat menyiapkan bendera Merah Putih menjelang 17 Agustus 1945.

 

Memang desain bendera Amerika terlihat amat cantik dan menarik. Mungkin paling cantik sedunia. Bendera kita termasuk yang paling sederhana: hanya merah dan putih, sama ukuran.

 

Kesederhanaan itu baru saya sadari saat ikut kunjungan Presiden SBY ke Amerika, Meksiko, Peru, dan Brasil.

 

Saat di Peru seorang wartawan di sana bertanya kepada saya: Itu bendera negara Anda? Hanya seperti itu?

 

Tentu saya jelaskan sejarah sang saka dwiwarna. Yang juga sangat heroik. Tapi ia tetap nyeletuk: "Kenapa tidak diberi sesuatu di tengahnya?"

 

Rasanya sulit mengubah bendera. Pun bila alasannya untuk memperkuat negara kesatuan. Misalnya dengan diberi gambar pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke di tengahnya. Pasti ada yang protes: kok ''pulau saya'' tidak dimasukkan. Padahal dimasukkan. Hanya karena kecil tidak terlihat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan