Ampas Teh

Foto : FB - Dahlan Iskan--

 

Tentu saya bukan turis. Karena itu tidak pergi ke padang pasirnya yang bergunung. Tidak ingin naik kuda di sana. Saya pilih lebih banyak bertemu orang.

 

Juga berkunjung ke rumah penduduk biasa. Kelas rakyat kampung biasa. Rumahnya di lantai 32 apartemen rakyat: dua kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi, ruang keluarga (ruang makan dan ruang duduk sofa panjang). Ngobrol dengan mereka soal kehidupan sehari-hari.

 

Diajak pula makan siang di rumah itu. Dia sendiri yang masak: toge rebus rasa cuka, ayam campur paprika, udang kecil masak kecap, mie kuah, dan satu lagi tidak tahu namanya tapi enak rasanya: teh telur.

Saya tanya bahannya apa saja. Ternyata unik. Setiap kali mereka bikin teh, ampas tehnya disimpan. Tiga telur ayam diaduk dengan ampas teh itu. Lalu digoreng.

 

Mereka selalu minum teh hitam dari provinsi Hunan. Ampasnya pun, katanyi, masih mengandung khasiat. Saya pun berpikir jauh ke masa lalu: saat Hunan masih sangat miskin. Mungkin ampas teh itu sayang dibuang. Orang miskin harus kreatif. Ampas teh pun bisa jadi lauk. Saya akan minta istri sesekali mencobanya.

 

Waktu miskin dulu istri saya pun tidak kalah kreatif. Sama dengan saya. Bonggol pisang pun dijadikan sayur. Pun daun luntas --tanaman untuk pagar pekarangan di desa.

 

Pembangunan begitu merata di Tiongkok. Pun sampai sejauh Monggolia Dalam.

 

Mereka tahu lagi ada perang dagang dengan Amerika. Mereka tahu kian sedikit bule datang ke negaranya. Mereka belum merasakan dampak perang itu dalam kehidupan sehari-hari.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan