Makian DeLiang
----
Anda sudah tahu siapa Al Farabi: filsuf, musikus, dan pemikir kenegaraan. Bukunya "Induk Musik" sangat bersejarah. Juga tentang klasifikasi irama. Selebihnya hanya perusuh Liang yang berhak membahasnya. Siapa tahu DeLiang Al-Farabi akan lebih hebat dari dua ilmuwan itu sekaligus. Masih dibebani pula nama Muhammad di depannya.
Jalan menuju ke sana terbuka. Saat masih kecil DeLiang Al-Farabi dibawa Ario dan istri ke Bristol, Inggris. DeLiang tumbuh sebagai anak di Bristol.
Ayah bundanya mengambil gelar doktor di sana. Mereka sampai tujuh tahun hidup di kota yang namanya jadi merek semir sepatu itu.
Saya menyesal telat mengenal Ario. Waktu driving dari New Castle ke Cardiff sebenarnya saya lewat Bristol. Hanya mampir lunch di situ. Coba sudah kenal Ario saya bisa makan gratis di rumahnya di sana.
DeLiang beruntung dapat pendidikan masa kecil di Inggris. Yakni pendidikan yang membuat bakat dan kemampuan anak bisa dimunculkan sebenar-benarnya muncul.
Bakat menulisnya pun bisa terasah sejak kecil. Sebagian besar buku DeLiang ditulis di Bristol –saat belum berumur 10 tahun.
Persoalan mulai muncul ketika suami-istri ini harus pulang ke Indonesia: DeLiang harus sekolah di mana. Yang sistemnya bisa mirip dengan yang ada di Inggris.
Tidak ketemu.
Akhirnya Ario memasukkan DeLiang ke sekolah yang bukan sekolahan: home schooling. Di Tangerang Selatan. Milik Kak Seto –yang sudah Anda kenal.
Maka saya usul ke panitia Home Schooling Summit di Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya akhir Februari nanti agar mengundang suami-istri ortu DeLiang. Itu lebih penting daripada mengundang saya.
DeLiang yang ilmuwan Tiongkok sendiri sekarang menjadi warga negara Swedia. Ia lulusan jurusan klimatologi Universitas Nanjing –tidak jauh dari kampung kelahirannya di Nantong. Lalu melanjutkan S-2 dan S-3 di Jerman, di bawah bimbingan pemenang hadiah Nobel kelahiran Belanda, Paul J. Crutzen.
Meski sudah warga negara Swedia, DeLiang tetap diangkat sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok yang bergengsi itu.
"Saya berharap DeLiang nanti bisa kuliah di Amerika atau Inggris. Minatnya di bidang science, matematika, dan fisika sangat besar," ujar Ario.
Liburan Imlek ini Ario berada di Trenggalek, di kampung sang istri: dekat alun-alun kota. Ia dalam posisi siap terbang ke Ternate begitu ibunya tidak tertangani dengan baik.
Orang tua Ario tergolong ''orang pulau'' yang sebenar-benarnya. Yakni orang Labuha –yang Anda pasti belum tahu di mana letaknya di peta. Itu pulau ketiga di selatan pulau Tidore. Tapi Ario sendiri lahir di Pulau Makian –pulau yang lain lagi, yang berjarak beberapa pulau dari Labuha. Karena itu Ario masuk SMP dan SMA di kota yang lebih besar di sana: Ternate. Di situ pula ada rumah sakit yang punya dokter ortopedi satu-satunya di sana.