Telat Jatah

Catatan dahlan Iskan--

Begitulah birokrasi. Janji diucapkan. Dikira mudah dilaksanakan. Ternyata staf yang akan melaksanakan ragu-ragu: apakah kalau dilaksanakan tidak melanggar UU. Apakah tidak akan masuk penjara.

Mereka pun diam-diam bersikap: lebih baik tunggu atasan yang memerintahkan itu tidak jadi atasannya lagi. Ulur waktu. Pura-pura ''iya, iya'' tapi tidak ''iya''. Sampai atasan tidak jadi atasan lagi.

Lalu mereka bilang: aturannya harus dibuat dulu, UU-nya harus diperbaiki dulu.

Maka saya pun sulit menjawab pertanyaan peserta festival Isra Mikraj di Miftahul Huda, Kroya tersebut.

Dari Kroya saya naik kereta api Panoramic menuju Bandung. Kereta saya berangkat dari Kroya telat 15 menit.

Di dalam kereta saya hubungi teman Tiongkok yang di Jakarta. Kami janjian bertemu di Stasiun Bandung. Dia akan naik kereta cepat Whoosh dari Jakarta.

"Maafkan, kereta saya telat 15 menit. Anda tunggu saya di stasiun Bandung, atau Anda check in dulu di hotel."

Jawabnyi: "Kereta saya juga telat. Satu jam," jawabnyi.

"Anda naik kereta cepat kan?” tanya saya tidak percaya Whoosh setelat itu.

"Iya. Kereta cepat Whoosh. Banyak kereta yang telat hari ini," jawabnyi.

Panoramic telat. Whoosh juga telat. Tambang batu bara lebih telat lagi –atau bahkan tidak jadi berangkat.(Dahlan Iskan)

 

Tag
Share