Foto Pimpinan
Catatan dahlan Iskan--
Koridor itu disekat dengan dinding. Pintu ke kantin di ujung koridor terhalang dinding penyekat.
Koridor ini lebarnya sekitar dua meter. Pas untuk lebarnya mesin yang memang tergolong mesin kecil untuk sebuah mesin cetak.
Dinding penutup koridor itu letaknya di antara dua toilet. Dengan demikian karyawan yang di lantai 1 masih bisa ke salah satu toilet kiri.
Toilet satunya lagi berada di balik dinding penutup koridor. Maka ruang mesin di balik dinding di koridor itu mendapat tambahan ruang toilet.
Keberadaan toilet di di dekat mesin itu penting: limbah-limbah cucian rol yang bercampur tinta bisa dibuang ke toilet. Dengan demikian tidak terlihat ada limbah tinta yang mengalir ke parit.
Untuk masuk ke ruang mesin itu hanya ada satu pintu. Yakni pintu yang menuju kantin. Dulunya karyawan bisa ke kantin lewat pintu koridor kiri. Setelah ujung koridor kiri ditutup dinding pintu tembus itu tidak terlihat. Juga selalu terkunci.
Bagaimana bisa begitu banyak orang bekerja mencetak uang palsu di ruang seluas koridor?
Dari kesaksian staf di situ mereka juga menggunakan ruang kepala perpustakaan. Yakni untuk rapat-rapat. Di ruang kepala perpustakaan itu ada jejeran sofa yang bisa untuk duduk-duduk delapan orang.
Dari cara menempatkan mesin cetak di situ (bukan di lantai tiga seperti disebut Disway, 27 Desember 2024: Uang Suara), perhitungannya cukup matang. Terutama dalam hal menyembunyikan limbah cairan tinta. Disway merchandise
Meski sejak 2016 tidak lagi menjabat kepala perpustakaan, Quraisy masih sering ke gedung Syekh Yusuf. Hampir tiap Selasa. Untuk salat duhur. Quraisy memang masih mengajar di UIN tiap Selasa.
Dalam beberapa Selasa ada yang ia rasakan berubah: tidak bisa lagi melihat kantin dari koridor kiri. Sudah tertutup dinding. Tapi tidak menyangka ada mesin cetak di balik dinding penutup itu.
Dua Selasa terakhir Quraisy masih salat di perpustakaan itu. Di lantai satu. Di ruang sempit calon ruang mesin lift.
Di Selasa pertama ia baru dengar ada kasus pencetakan uang palsu. Tapi sifatnya masih desas-desus. Setelah salat ia bertanya ke banyak staf di situ. Semua menjawab tidak tahu --meski ia yakin mereka hanya pura-pura tidak tahu.
Selasa kedua kemarin semuanya sudah jelas. Pimpinan mereka, Andi Ibrahim, sudah ditahan. Quraisy tidak perlu bertanya lagi. Justru ia menasihati mereka: jalani saja kehidupan di dunia ini.
Quraisy lalu menengok ke dinding deretan foto para kepala perpustakaan dari masa ke masa. Ada foto dirinya. Lalu ada foto wanita penggantinya. Quraisy pun berpikir akankah dipajang foto Andi Ibrahim di sebelah wanita itu.