Hidup Baru

Sabtu 14 Dec 2024 - 10:59 WIB
Reporter : Yogi
Editor : Yogi

"Pertemuan" terakhir saya dengan Rianto Nurhadi terjadi di Fuqing, Tiongkok, Oktober lalu. Hari itu saya bertemu dengannya dua kali. Pertama, di museum Liem Sioe Liong. Kedua, di pabrik miliknya, pabrik rem mobil.

Kamis pagi lalu salah satu anaknya kirim WA ke saya: "Papa meninggal dunia tadi malam," tulisnya.

Tidak. Hari itu saya tidak bertemu Nurhadi secara langsung. Saya bertemu dengan foto-fotonya.

Foto Nurhadi memang dipasang di Museum Liem Sioe Liong –pertanda konglomerat terbesar Indonesia itu menghargai kesuksesan dan kedermawanan Nurhadi.

Lebih banyak lagi foto Nurhadi yang dipasang di pabrik rem miliknya, di tengah kota Fuqing –satu jam bermobil dari ibu kota provinsi Fujian, Fuzhou.

Hari itu saya memang berkunjung ke museum Liem Sioe Liong, ke pabrik rem milik Nurhadi dan ke vihara Nan Shao Lin.

Orang-orang Surabaya yang punya leluhur di Fuqing memang banyak yang membangun pabrik di sana. Tidak banyak yang sukses. Yang pernah sukses pun belakangan ada yang mengalami kesulitan. Rasanya kini tinggal satu pabrik milik Nurhadi itu yang masih berproduksi penuh. Bahkan baru saja ekspansi ke provinsi Jiangxi.

Saya berhubungan baik dengan Nurhadi. Saat beliau merayakan ulang tahun perkawinan ke 60, di tahun 2017, saya diminta menulis kata pengantar untuk bukunya.

Saat saya berkunjung ke pabrik remnya yang di Fuqing, buku itu terlihat dipajang di etalase. "Staf di sini tahu semua siapa Pak Dahlan. Dari buku ini," ujar Christopher Tungka, direksi pabrik itu kepada saya.

Chris pun mengambil satu buku untuk saya. Berbahasa Mandarin. Ternyata buku itu sudah diterjemahkan menjadi buku edisi bahasa Mandarin.

Di pabrik itu dipajang juga doktrin-doktrin kepemimpinan Nurhadi. Misalnya, "药材好, 药才好. 注重质量就是尊重生命". Rempah-rempah bagus menghasilkan obat bermutu. Obat yang baik bisa menyelamatkan nyawa. SDM yang berkualitas akan menyelamatkan kehidupan.

"Saya terus berpegang pada doktrin itu. Sampai sekarang," ujar Chris.

Sayang sekali Nurhadi akhirnya meninggal dunia. Tujuh tahun terakhir Nurhadi merasa baru memulai hidup baru.

Hidup baru itu dimulai saat ia berumur 88 tahun, di tahun 2017. Di tahun itu ia mulai belajar serius: bagaimana bisa menyanyi seriosa.

Menyanyi yang lain ia sudah pandai, tapi harus bisa yang seriosa. Seminggu dua kali Nurhadi belajar lagu-lagu Italia. Yakni di lantai dua rumahnya yang menghadap lapangan golf Bukit Darmo.

Kategori :