ANDA boleh menyebutkannya kereta. Boleh juga bus. Bahkan bus gandeng.
Nama resminya sendiri, di tempat lahirnya, amat panjang: Autonomous Rail Rapid Transit. Nama itu disingkat dengan singkatan yang juga tidak terlalu nyambung: ART.
Itulah kereta bus yang akan jadi ikon di IKN –ibu kota Nusantara. Anda sudah melihat fotonya. Juga videonya. Yakni saat barang itu dicoba di IKN seminggu terakhir.
Sesuai dengan KTP-nya ''barang'' itu lahir di kota mana lagi kalau bukan di Tiongkok. Nama kotanya: Zhuzhou (株洲). Di daerah selatan Tiongkok. Di provinsi Hunan –antara Wuhan dan Guangzhou.
Zhuzhou kota nomor dua di provinsi itu. Sekitar satu jam lewat jalan tol dari Changsha ibu kota Hunan. Ini kota kabupaten tapi besarnya jauh melebihi Bandung atau Surabaya –apalagi kekuatan ekonominya.
Bagaimana sebuah penemuan baru bisa lahir di sebuah kabupaten nun di pedalaman? Yang jauhnya sekitar 2.000 km dari Beijing?
Wilayah pedalaman di Tiongkok memang punya kiat sendiri-sendiri untuk memajukan ekonomi. Saya sering ke daerah tetangga Zhuzhou. Si kabupaten tetangga itu punya kiat yang tak terbayangkan oleh para bupati di Indonesia.
BACA JUGA:Kaget Pilihan
Ia sadar kabupatennya jauh sekali dari pelabuhan. Jauh dari Shanghai. Jauh dari Shenzhen. Jauh dari Hong Kong. Daerah itu nun di pedalaman. Tidak mungkin ada investor yang mau tanam modal di situ.
Ternyata ada. Banyak. Dari banyak negara. Salah satunya dari Indonesia. Tentu saya kenal baik dengannya.
Saya pun bertanya: mengapa mau bikin pabrik di daerah sepedalaman itu. Bagaimana ia bisa ekspor ke Indonesia. Bukankah harus mengangkut produknya pakai truk ribuan kilometer ke arah pelabuhan internasional? Atau harus diangkut pakai kereta api selama dua hari ke pelabuhan yang mana pun?
Inilah jawabnya: pemda kabupaten setempat menanggung biaya transportasi barangnya dari stasiun kereta api terdekat ke pelabuhan nun jauh di pantai.
Dan itu bukan hanya janji. Sudah jalan. Pabriknya sudah beroperasi. Sudah ekspor ke Indonesia. Barang dari pabriknya yang di Tiongkok itu jadi bahan baku untuk pabriknya yang di Indonesia.
Zhuzhou pun melakukan banyak tawaran fasilitas mirip itu. Sampai-sampai perusahaan raksasa Tiongkok, CRRC, mau bikin pabrik di Zhuzhou. Besar sekali. Kemampuan risetnya juga besar. Salah satunya meriset kendaraan massal dalam kota yang lebih fleksibel.
Lahirlah bus gandeng yang bukan bus. Atau kereta yang bukan kereta. Desain dalamnya seperti kereta bawah tanah. Teknologi gandengan antar gerbongnya seperti kereta bawah tanah. Ada yang gandeng tiga, ada pula yang gandeng lima.