Bocor pula di beberapa titik. Jelas pemasukan dari karcis tidak akan cukup untuk biaya perbaikan.
Saya lihat BUMN wajib menyisihkan dana CSR untuk menyelamatkan Rumah Tjong Afie. Dulunya Tjong Afie punya 17 lokasi perkebunan. Semua itu kini menjadi kebun PTPN 3 milik BUMN.
Tjong Afie adalah konglomerat pertama di Medan. Sezaman dengan Oei Tiong Ham, si raja gula dari Semarang. Tjong meninggal tahun 1921. Oei meninggal 1924.
Di zaman itu Tjong sudah punya bank di Medan: Deli Bank. Punya perkebunan kopi, teh, cokelat, sawit. Juga punya pabrik gula. Berarti punya perkebunan tebu.
Tjong meninggal karena stroke. Pembuluh darah di otaknya pecah. Umurnya baru 61 tahun.
Empat tahun sebelum meninggal Tjong menulis surat wasiat: hampir seluruh kekayaannya dihibahkan untuk dua yayasan. Yang satu yayasan di Medan. Satunya lagi yayasan di Mexian.
Mimi bercerita, begitu Tjong meninggal dunia, istri dan semua anaknya pindah ke Swiss. Yang menyarankan kepindahan itu adalah orang Belanda yang menjadi tangan kanan Tjong.
Itu orang kepercayaan Tjong. Boleh dikata orang Belanda itulah yang mengendalikan semua perusahaan Tjong.
BACA JUGA:Cholid Wolbachia
Istri Tjong wanita Tionghoa peranakan dari Binjai, dekat Medan. Dia ibu rumah tangga biasa. Tidak tahu soal perusahaan. Itu istri ketiga Tjong.
Istri pertamanya wanita Tiongkok. Meninggal. Hanya punya satu anak angkat. Istri kedua juga wanita dari Tiongkok. Anaknyi 3 orang. Yang dari Binjai punya anak 7 orang.
Kelihatannya anak-anak Tjong hanya mewarisi uang deposito atau sebangsanya. Seluruh aset di Medan tidak ada yang jatuh ke keluarga. Karena itu sang cucu pun hidup seperti orang Medan kebanyakan.
Saya belum menemukan hasil penelitian ilmuwan soal nasib aset-aset Tjong Afie. Termasuk sahamnya di tambang batu bara Sawahlunto di Sumatera Barat.
Tjong berusia 18 tahun saat datang ke Deli, dari Mexian. Ia menyusul kakaknya yang sudah lima tahun tiba di Deli. Deli terkenal tanah subur. Dengan perkebunanmya yang terkenal sampai ke Eropa.
Tjong juga orang kaya yang beda: tidak berjudi, tidak main perempuan, tidak mengisap candu dan segala hal yang tercela. Ia belajar keras bahasa Melayu.
Hubungan antar sukunya dikenal sangat baik. Kalau ada pertengkaran antar ras Tjong yang mendamaikan. Ia membangun masjid --masih ada sampai sekarang. Membangun kelenteng –juga masih ada. Membangun gereja –sudah tidak ada.