Kafe Planologi

Kamis 11 Apr 2024 - 07:00 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Terminal baru itu tidak perlu saya ceritakan. Tidak ada yang baru. Sangat biasa. Hanya satu bangunan sekelas rumah tipe 120. Ada ruang penjualan tiket. Ada kios makanan. Ada pintu menuju bus.

Tanpa lewat pintu itu pun saya bisa menuju bus. Dengan mudah. Yakni lewat jalan raya. Bus ke Riyadh itu parkir di satu lapangan kecil di pinggir jalan raya. Bersebelahan dengan gedung terminal. Tanpa pagar.

Kesan saya ini terminal bus sementara. Terminal yang megah seharusnya dibangun di sebelah stasiun kereta cepat jurusan Makkah dan Jeddah. Stasiun itu masih baru. Megah. Tidak kalah dengan stasiun kereta cepat di Tiongkok.

Di sebelah stasiun Whoosh itu terlihat masih banyak tanah kosong. Kelihatannya memang dicadangkan untuk terminal bus: jadi MadLinko –siapa tahu meng-copy program Gubernur Jakarta 2017-2023 Anies Baswedan dengan JakLinko-nya: antar moda transportasi harus saling terkoneksi.

Terminal bus itu, Anda sudah tahu, lebih ke pinggir kota –dibanding terminal lama yang seperti terminal Kopaja. Tapi untuk benar-benar keluar dari kota Madinah masih jauh. Masih harus melewati kota Madinah yang baru –banyak perumahan mewah terlihat di real estate sepanjang jalan.

Masih pula ada kawasan industri. Menyusuri jalan utama menuju Buraydah ini membuat saya tahu kota Madinah berkembang ke arah sini –ke sepanjang jalan ini. Kawasannya memang relatif datar. Baik di kanan maupun kiri jalan. Gunung-gunung batu seperti menjauh dari jalan jurusan Riyadh ini.

Mungkin jarang jemaah umrah yang punya minat planologi kota. Maka ziarah terkait umrahnya sebatas ke kebun kurma. 

BACA JUGA:Letkol Piper

Mungkin mempelajari planologi dianggap bukan bagian dari ibadah.(Dahlan Iskan)

Kategori :

Terkait

Kamis 11 Apr 2024 - 07:00 WIB

Kafe Planologi

Rabu 10 Apr 2024 - 07:30 WIB

Kafe Kaifa