Lumpur Timah

Minggu 31 Mar 2024 - 05:02 WIB
Reporter : Siska
Editor : yogie

 

Sebagai orang keuangan mungkin Reza pusing melihat keadaan PT Timah: lahan garapannya mahaluas. Di darat dan di laut. Di sekitar Bangka dan Belitung.

 

Yang lebih tidak masuk akal lagi: ekspor timah swasta lebih besar dari ekspor timah PT Timah. Pertanyaannya: dari mana swasta itu dapat timah. Padahal lahan garapannya sangat kecil.

 

Semua orang tahu apa yang terjadi. Anda pun tahu. Hanya tidak bisa bicara. Tidak berani. Apalagi direksi PT Timah. Sejak dulu. Sampai kini.

 

Saya tidak tahu apakah Reza, sebagai dirut saat itu, ingin keluar dari kemelut turun-temurun itu: dari pada cadangan timah milik PT Timah dicuri, lebih baik biarlah tetap dicuri tapi PT Timah dapat bagian. 

 

Maka lebih baik pencurian itu dilegalkan. Dikoordinasi. Diolah di dalam negeri.

 

Kebetulan ada swasta yang sanggup mengoordinasi. Juga sanggup menampung hasil curian yang sudah dilegalkan itu. Lalu lumpur timahnya diolah di mesin mereka. Dimurnikan. Mirip pemurnian nikel.

 

Kalau yang terjadi seperti itu saya angkat topi pada Reza. Ia bisa mengakhiri pencurian masal berwindu-windu di sana.

 

Asal demi PT Timah. Demi negara. Tidak ada kongkalingkong antara swasta dan pribadi-pribadi di manajemen PT Timah.

Kategori :

Terkait

Minggu 31 Mar 2024 - 05:02 WIB

Lumpur Timah