Tekankan Fungsi Agama Jaga Lingkungan dan Persatuan Bangsa

Senin 22 Dec 2025 - 16:25 WIB
Reporter : Claudeo
Editor : Yogi

KORANOKUTIMURPOS.ID- Menteri Agama Nasaruddin Umar, menegaskan pentingnya peran agama dalam menjawab berbagai tantangan global, khususnya persoalan lingkungan hidup. Hal ini disampaikan Menag saat memberi sambutan pada perayaan Ulang Tahun ke-17 Gerakan Kristiani Indonesia Raya (GEKIRA) di Jakarta.

Menag menyoroti isu lingkungan sebagai salah satu persoalan paling krusial yang dihadapi umat manusia saat ini. Ia menjelaskan bahwa Kementerian Agama telah meluncurkan program Ekoteologi sebagai bentuk ikhtiar keagamaan dalam merespons krisis lingkungan. Program tersebut menempatkan ajaran agama sebagai landasan moral untuk menumbuhkan kesadaran kolektif dalam menjaga kelestarian alam.

“Satu isu yang sangat penting sekarang ini adalah masalah lingkungan. Ada salah satu program kami di Kementerian agama adalah Ekoteologi,” ujar Nasaruddin.

Menag kemudian mengaitkan program tersebut dengan Deklarasi Istiqlal, yang salah satu poin pentingnya menekankan urgensi menyadarkan umat untuk memelihara lingkungan hidup. Menurutnya, manusia tidak mungkin bertahan hidup tanpa lingkungan yang sehat dan segar. Karena itu, pendekatan keagamaan menjadi sarana yang paling efektif untuk membangun kesadaran tersebut.

Ia mengutip pandangan Paus yang menyatakan bahwa bahasa agama merupakan medium paling kuat dalam menanamkan kepedulian terhadap lingkungan.

BACA JUGA:DLH OKU Selatan Siagakan Pasukan Kuning di Kawasan Wisata

BACA JUGA:Realisasi PNBP Sektor ESDM Tembus Rp228 Triliun

“Betapa pentingnya menyadarkan umat untuk memelihara lingkungan hidup, karena manusia tidak bisa hidup tanpa lingkungan hidup yang segar,” katanya.

Pernyataan tersebut, lanjut Menag, juga diperkuat oleh hasil penelitian internasional. Ia mengungkapkan bahwa penelitian tersebut menunjukkan bahwa pesan-pesan berbasis agama memiliki daya pengaruh paling besar dalam mendorong masyarakat untuk mencintai dan melindungi lingkungan.

“Penelitian membuktikan di New York baru-baru ini yang menyatakan bahwa hanya bahasa agama yang paling efektif bisa menyadarkan orang untuk menyayangi lingkungan,” tuturnya.

Selain isu lingkungan, Menag juga menekankan pentingnya pembaruan cara pandang dalam pendidikan dan pengajaran agama. Untuk itu, Kementerian Agama tengah mengembangkan apa yang disebut sebagai Kurikulum Cinta, yakni pendekatan pendidikan keagamaan yang menekankan nilai kasih, empati, dan penghormatan terhadap perbedaan.

“Banyak orang sadar atau tidak sadar ketika mengajarkan agama justru mengajarkan kebencian terhadap orang yang beragama lain. Nah kalau ini terjadi, itu sangat tidak cocok dengan negara yang paling plural seperti Indonesia ini,” tegasnya.

BACA JUGA:Akselerasi Transformasi Digital, Perkuat SDM Cybersecurity Industri 4.0

BACA JUGA:Salurkan Ribuan Al-Qur'an ke Aceh dan Sumatra

Mengakhiri sambutannya, Nasaruddin Umar menegaskan komitmen Kementerian Agama untuk terus bersikap proaktif dalam mengantisipasi perkembangan zaman dan tantangan masa depan. Menurutnya, peran agama tidak boleh bersifat reaktif semata, melainkan harus mampu menjadi panduan moral yang visioner bagi masyarakat.

Kategori :