SALING memaafkan itu penting di bulan puasa. Tapi Trump dan Zelenskyy kan tidak berpuasa. Dan lagi siapa yang harus minta maaf lebih dulu?
Trump yang bergaya mengecilkan orang kecil seperti Zelenskyy atau Presiden Ukraina itu yang harus minta maaf karena telah berlaku kurang ajar.
nda sudah tahu: begitu seru perbincangan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Di Gedung Putih. Keras. Brutal. Dalam durasi yang sangat panjang. Saling serang. Diliput secara live oleh semua jaringan TV Amerika.
Ini sejarah pertama dalam dunia diplomasi internasional. Pembicaraan yang biasanya penuh rahasia dibuka secara live. Tidak ada kata-kata diplomatik di adegan itu. Semuanya jelas, langsung, apa adanya. Seperti pembicaraan antara kucing dan tikus di gudang beras.
Tentu Tiongkok yang senang. Di internal tink tank Presiden Donald Trump memang hidup pikiran ini: harus ditentukan mana musuh Amerika yang sebenarnya. Yang utama. Tiongkok atau Rusia.
Harus pilih salah satu. Tidak boleh dua-duanya dalam waktu bersamaan. Jangan sampai justru membuat dua musuh itu bersatu. Amerika akan lebih berat menghadapinya. Seperti delapan tahun terakhir.
Kelihatannya Trump punya pikiran: Tiongkoklah musuh yang nomor satu. Maka ia harus berbaik dengan Rusia. Ia harus jaga kedekatan dengan Presiden Vladimir Putin. Hubungan itu sempat renggang ketika Trump digantikan Joe Biden. Lalu pulih lagi saat Trump kembali berkuasa.
Maka Trump harus bersama Rusia. Sekaligus agar bisa menjauhkan Rusia dari Tiongkok. Mumpung ada momentum. Toh tidak ada untungnya bagi Trump untuk berbaik dengan Ukraina. Itu bikin Rusia kian bersatu dengan Tiongkok.
Zelenskyy mungkin masih punya romantisme lama: sesama negara pejuang demokrasi Amerika harus mendukung. Apalagi pakta pertahanan NATO seharusnya kompak di belakang Ukraina.
Trump tidak peduli semua romantisme itu. Pikirannya fokus: mana yang menguntungkan Amerika. Itu juga sesuai dengan kepribadiannya selama menjadi pengusaha: harus menang dalam setiap negosiasi. Apalagi nego dengan pengusaha yang jauh lebih kecil.
kraina adalah kecil di mata Trump. "Dalam negosiasi ini Anda tidak punya kartu apa-apa," ujar Trump blak-blakan kepada Zelenskyy. Maksudnya: menyerahlah.
Zelenskyy memang menyerah: dalam hal tambang mineral tanah jarang. Ia serahkan tambang itu sebagai pembayaran atas bantuan Amerika.
Mineral tanah jarang sangat diperlukan Amerika. Khususnya untuk melawan Tiongkok yang kaya dengan tambang tanah jarang. Mineral langka itu sangat diperlukan untuk industri modern seperti chip, komputer, persenjataan. Amerika sebenarnya juga kaya tambang tanah jarang. Tapi aturan lingkungan yang ketat di Amerika membuatnya sulit menambang tanah jarang.
Zelenskyy kelihatannya juga sudah menyerah soal NATO. Awalnya Ukraina ngotot ingin menjadi anggota NATO. Itu untuk dapat jaminan keamanan permanen dari ancaman Rusia. Kengototan Ukraina itu yang membuat Rusia marah.
Saat mendapat kemerdekaan dulu, Ukraina sepakat tidak akan menjadi anggota NATO. Ternyata Ukraina mendaftar jadi anggota NATO. Rusia merasa terancam. Pakta Warsawa, sebagai lawan NATO, telanjur dibubarkan. Ukraina pun diserang. Tiga tahun lalu. Terjadilah perang sampai sekarang.
Akibat tekanan perdamaian dari Trump, Zelenskyy terlihat bersedia tidak ngotot lagi menjadi anggota NATO. Tapi Zelenskyy minta jaminan Amerika. "Apa jaminan keamanan permanen dari Anda untuk Ukraina?" tanya Zelenskyy blak-blakan pada Trump.
Pertanyaan itu dianggap tidak pantas. Tidak sopan. Seolah tidak memercayai orang besar seperti Trump. Orang besar tidak dipercaya orang kecil. "Emangnya siapa kamu" mungkin begitu perasaan Trump.
Ada lagi kekurangsopanan Zelenskyy: masuk istana Gedung Putih hanya pakai kaus. Meski lengan panjang tetap saja itu kaus. Itu melanggar dress code Gedung Putih: harus full dress.
Zelenskyy berpakaian seperti itu untuk menunjukkan suasana prihatin akibat perang. Tapi itu dianggap antagonis. Juga sebagai show pribadi. Pencitraan. Agar kelak terpilih lagi sebagai presiden.
Zelenskyy pun "diusir" dari Gedung Putih. Pembicaraan berdua setelah live itu dibatalkan. Konferensi pers bersama juga tidak ada. Perdamaian Ukraina gagal.
Trump tentu masih cari akal lain agar perdamaian terwujud. Itu janji kampanyenya. Tentu ia jengkel melihat sikap Zelenskyy yang sulit dikalahkan. Ia mungkin menilai Zelenskyy itu sebagai kecil methakil.
Zelenskyy rupanya belum pernah dapat pelajaran bahwa di dunia ini ada tiga jenis orang yang tidak bisa dilawan: atasan, orang kaya, dan orang gila.(Dahlan Iskan)