Gaza Rock

Senin 08 Jan 2024 - 19:47 WIB
Reporter : Rama Putra
Editor : yogie

Cara lain pun mulai dijajaki: lewat masjid-masjid. "Saya sendiri sampai minta untuk bisa khotbah salat Jumat di Plaza Indonesia," ujar dokter Ben. "Padahal saya jarang sekali khotbah" tambahnya. "Mungkin itu khotbah ketiga saya," katanya.

Mulailah dapat uang sedikit-sedikit. Lalu MER-C berani mengadakan tender konstruksi. Baru kerangkanya saja. Untuk M&E, finishing, dan peralatannya belum dipikirkan. 

Sistem pengerjaannya: kontraktor membangun kerangka dulu. Kalau sudah mencapai sekian persen baru dilakukan pembayaran. Kontraktor pun ditunjuk. Orang Gaza. Belum ada uang.

Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Kontraktor mengerjakan proyek, MER-C mencari uang. Tidak mudah. Apalagi MER-C tidak mau mendapatkan dana dari pihak yang simpati kepada Israel. Dokter Ben menyebutkan beberapa perusahaan asing. Mereka ingin ikut menyumbang. Ditolak.

Tibalah saatnya kontraktor dari Gaza menagih pembayaran. Pekerjaan konstruksi sudah mencapai tahap yang harus dibayar. MER-C belum punya uang sebanyak tagihan. Kontraktor tidak mau tahu.

Pengurus MER-C pun panik. Dokter Ben sampai menghubungi seorang tokoh pengusaha nasional. Tokoh besar. Uangnya banyak. Dokter Ben sampaikan padanya ingin pinjam uang Rp 15 miliar. Akan dibayar kembali secara bertahap sesuai dengan sumbangan yang masuk. Jaminannya: rumah pribadi dan harta lainnya.

Waktu dokter Ben khotbah di Plaza Indonesia itu, rupanya ada orang penting yang juga lagi salat Jumat di situ. Si penting mendengarkan khotbah dokter Ben. Usai salat Jumat si penting menunggu dokter Ben. Memperkenalkan diri. Lalu mengajak dokter Ben naik ke gedung tinggi di situ. Ke kantornya. 

"Kalau caranya begini, tidak akan bisa dapat uang banyak," ujar si penting. 

Ternyata si penting adalah eksekutif puncak Plaza Indonesia saat itu.

Si penting pun lantas menelepon seseorang. Temannya. Bos di Metro TV. "Orang ini harus kamu bantu," ujar si penting di teleponnya.

Keesokan harinya dokter Ben diminta ke Metro TV. Rundingan. MER-C pun mendapat bantuan iklan yang gencar. Juga bantuan pembukaan nomor rekening sumbangan.

Beriringan dengan itu Israel melakukan gempuran ke Palestina. "Sumbangan mengalir seperti bah," ujar dokter Ben mengenang. 

Saya sendiri lupa apakah waktu itu ikut menyumbang. Tapi rasanya banyak di antara Anda yang mengirim uang ke rekening MER-C saat itu.

"MER-C itu sangat amanah," ujar Mohamad Ba'agil, seorang insinyur teknik sipil yang saya temui kapan itu. Ia lulusan Sekolah Tinggi Teknik di Jakarta. Lalu ambil S-2 teknik sipil di Jerman. Ia sering ke Gaza. Ke Syria. Ke Lebanon. Ke Iran. 

Mohamad orang yang ikut me-review desain rumah sakit MER-C di Gaza. "MER-C sangat hemat dalam menggunakan uang donasi," kata Mohamad yang ketika lahir diberi nama Khomeini. "Saya lihat tidak ada petugas MER-C yang tinggal di hotel berbintang. Uang saku mereka juga sangat minim. Jauh dengan lembaga serupa yang lain yang saya tahu," kata Mohamad.

Kepercayaan tersebut membuahkan hasil. Sumbangan terus mengalir. Kontraktor berhasil dibayar. Bahkan juga untuk pekerjaan berikutnya: M&E, finishing, dan peralatan medis. "Akhirnya pinjaman ke konglomerat itu tidak jadi kami lanjutkan," ujar dokter Ben.

Kategori :

Terkait

Sabtu 09 Nov 2024 - 11:19 WIB

Tawaduk Thinking

Rabu 30 Oct 2024 - 08:22 WIB

Tembus Kerupuk

Minggu 29 Sep 2024 - 09:01 WIB

Nasib Kakak

Sabtu 24 Aug 2024 - 11:07 WIB

Sembahyang Rebutan

Jumat 02 Aug 2024 - 08:41 WIB

Istana Garuda