Genjot Produksi Migas, Pemerintah Berdayakan Perusahaan Nasional
// Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.--
KORANOKUTIMURPOS,ID - Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT. Pertamina (Persero) sebagai garda terdepan dalam upaya ini.
Melalui langkah strategis, Pertamina diberdayakan untuk memimpin sejumlah proyek eksplorasi dan produksi migas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Langkah ini diharapkan mampu menggenjot produksi migas nasional untuk mengejar target produksi 1 juta barel minyak dan gas bumi sebesar 12 Billion Cubic Feet (BCF) pada tahun 2030 nanti, juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah, Pertamina diharapkan mampu menghadapi tantangan di sektor migas dan mengoptimalkan potensi sumber daya energi Indonesia untuk kesejahteraan rakyat.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa produksi minyak dan gas bumi di Indonesia terus mengalami penurunan akibat berkurangnya cadangan dan tantangan teknis dalam hal eksplorasi.
BACA JUGA:Menparekraf Dorong Gelar Budaya Dendang Piwang di Natuna Jadi Event Berkelas Nasional
Untuk membalikkan tren ini, pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan produksi migas Indonesia dengan berbagai strategi.
"Dari tahun 2020 memang produksi minyak bumi terus turun karena kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada acara temu media di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta.
Merespons tantangan tersebut, Arifin membeberkan pemerintah telah menyiapkan strategi jangka pendek, yaitu dengan meningkatkan produksi dari lapangan-lapangan eksisting ditambah penggunaan Enchanced Oil Recovery (EOR).
Terdiri dari melakukan pengeboran lebih dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, reaktivasi sumur idle sebanyak 1.000-1.500 sumur per tahun, serta percepatan eksekusi CEOR Minar Area 2, Steamflood Rantau Bais dan simple sulfactant Balam South.
Dari strategi jangka pendek tersebut, hasilnya mulai terlihat dengan terjadinya peningkatan produksi minyak di Blok Rokan, dengan anak usaha milik Pertamina sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), yakni Pertamina Hulu Rokan.
BACA JUGA:Optimalkan Potensi Ekonomi Digital, Pemerintah Dorong Pengembangan Kompetensi SDM
"Sekarang yang terbesar produksi (minyak bumi) adalah Pertamina Hulu Rokan, dari data per 30 Juni 2024, produksinya sebesar 157 ribu barel per hari," ujarnya.